Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Negosiasi melalui Teknik Wawancara Imajinatif dengan Tokoh Idola

Saripuddin Lubis

Abstract


       Berkomunikasi adalah sesuatu yang mutlak diperlukan setiap individu. Dengan berkomunikasi hidup akan mudah. Dengan banyak berkomunikasi, maka sesuatu yang berat akan terasa ringan. Dengan banyak berkomunikasi pula segala kesulitan akan mudah diatasi. Berwawancara adalah bagian dari aktivitas berkomunikasi. Dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, wawancara bukanlah barang baru lagi. Secara formal, berwawancara dibutuhkan setiap kali seseorang akan memasuki dunia kerja. Namun secara tidak formal pun berwawancara juga sering dialami manusia. Dengan banyak bertanya kepada lawan bicara, maka akan mudah terjalin hubungan baik. Jadi, jelaslah kalau berwawancara, baik formal dan tidak formal, akan  mampu menumbuhkan rasa  percaya diri seorang individu. Karena itu pulalah kiranya pemerintah melalui Kemendikbud meletakkan materi pembelajaran teks negosiasi dalam kurikulum Bahasa kelas X SMA. Artinya, siswa memang dipersiapkan untuk banyak berwawancara, sebagai bekal mereka ketika tamat SMA,  atau dalam bahasa yang lebih sederhana siswa diajak untuk berlatih berkomunikasi.

Atas dasar itulah peneliti mencoba mengembangkan sebuah teknik pembelajaran yang disebut: Meningkatkan kemampuan berwawancara melalui dialog imajinatif dengan tokoh idola siswa. Pembelajaran dengan  dialog imajinatif ini dilakukan dengan menghadirkan tokoh yang idolakan siswa dalam imajinasi mereka, sekaligus melakukan dialog secara imajinatif dengan sang idola tersebut. Setelah dicobakan dalam sebuah penelitian tindakan kelas (classroom action research) dalam tiga siklus, maka pembelajaran ini ternyata sangat berhasil.  Perolehan nilai rata-rata siswa sangat bagus, yaitu 82,8 pada siklus satu, 81,8 pada siklus dua, dan 85,95 pada siklus ketiga. Karena itu pula, pembelajaran ini sangat baik dan sesuai digunakan di mana saja, tanpa melihat ruang dan waktu, sebab setiap siswa (setiap manusia) pasti memiliki idola tersendiri yang biasanya adalah orang yang dikagumi.


Full Text:

PDF

References


A.M., Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi Dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Denny, Richard. 2006. Communicate to Win (Kiat Komunikasi yang Efektif dan Impresif). Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Gani, Rizanur. 1988. Pengajaran Sastra Indonesia Respon dan Analisis. Jakarta: Dian Dinamika Press.

Handayani, Rani. 2007. Pembelajaran Wawancara Dengan Media Rekaman sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara. Bandung: UPI.

Ismail, Taufik. 2003. Agar Anak Bangsa Tak Rabun Membaca Tak Pincang Mengarang (Pidato Penganugerahan Gelar Kehormatan Doctor Honoris

Causa di Bidang Pendidikan Sastra. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Khatib, Yusran. 1999. Prosedur Penilaian. Padang: IKIP Padang.

Kompas. 2006. “UN Juga Berarti ‘Ujian’ untuk Sekelurga” Artikel. Dalam Kompas edisi 9 Juli 2006. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Ali Murthado. Menulis Surat Kabar Gampang. (Medan, 2007), hlm. 4

Semi, M.Atar. 1990. Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.

Wasilah, A. Chaedar. 2007. Pokoknya Menulis.Bandung: Kaifa.




DOI: http://dx.doi.org/10.30821/eunoia.v1i1.1002

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

INDEXING